Perlukah Title Haji dan Hajjah itu di cantum kan ??

Dalam agama islam terdapat Rukun Iman dan Rukun Islam. Seseorang dikatakan beriman apabila telah menjalankan Rukun Iman yang terdiri dari : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Rosul-rosul Allah, Iman kepada Kitab-Kitab Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qada dan Qodar. Sedangkan jika seseorang itu dikatakan islam maka dia perlu melakukan rukun Islam yaitu mengucapkan dua kalimat Syahadat, Mendirikan Sholat, Membayar Zakat, Menunaikan Puasa, dan Menunaikan Haji apabila Mampu. Hal tersebut pastilah diketahui oleh umat Islam.

Haji merupakan penutup dari rukun Islam, dimana apabila seseorang itu beragama islam dia harus memenuhi syarat ini itupun berlaku untuk orang-orang yang mampu. Mampu dari segi mental, fisik dan finance. Dan jangan lah sesorang muslim yang telah mampu menunda-nundanya, karena apabila menunda dan datang kematian sungguh rugilah orang tersebut.

Sejarahnya di Indonesia apabila seseorang ingin melakukan haji haruslah menggunakan kapal dan memerlukan waktu berbulan-bulan, tergantung dengan musim anginnya. Pada jaman Penjajahan Belanda apabila ingin melakukan haji mereka harus di karantina baik sebelum berangkat dan sebelum datang ke tanah air, klo ga salah karantinanya ada di salah satu pulau yang ada di propinsi NAD. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mereka mulai dari keluar rumah sampai kembali ke rumah hampir satu tahun dan tidak ada jaminan mereka akan kembali lagi (alias bisa terjadi kematian Fisabilillah), sehingga sebelum keberangkatan banyak keluarga, kerabat, tetangga yang melepas kepergian mereka. Begitupula pada saat mereka berhasil menunaikan ibadah haji dan kembali lagi ke rumah maka akan disamput riang oleh orang-orang.

Gelar Haji dan Hajah diterapkan oleh pemerintah belanda bagi mereka yang telah pergi Haji, padahal di arab sendiri tidak ada gelar bagi orang yang telah menjalankan haji. Belanda menstempel mereka agar mudah dalam pendataan karena orang-orang yang telah pergi haji pada jaman itu setelah kembali ke tanah air, mereka pasti berjuang Fisabilillah untuk mengusir Penjajah dari Tanah Air tercinta. Plus mereka naik haji cuma satu kali dalam seumur hidupnya.

Coba kita Tengo’ di jaman sekarang ini. Orang menunaikan ibadah Haji memang berniat menjalankan Rukun Islam, tetapi rata-rata ada embel-embel di belakang niat tersebut tanpa disadari oleh mereka yaitu riya’. Riya’ akan ibadah haji memang banyak orang yang tidak menyadarinya, padahal di dalam islam tidak boleh sedikitpun melakukan tindakan riya’. Pamer bahwa mereka bisa ibadah haji, pamer akan mereka banyak harta dsb. Islam hanya mewajibkan bagi mereka yang mampu untuk melakukan ibadah haji dan tidak ada larangan untuk melakukannya berkali-kali. Tapi terkadang kita lupa bahwa ibadah tidak hanya haji semata, trus mengapa kita kita harus haji berkali-kali, padahal pada proses haji terdapat kuota untuk masing-masing negara, dan apabila kita haji berkali-kali maka kita telah mengambil hak dari saudara-saudara kita yang lain yang belum melakukan haji (saya kira anda mengerti maksud saya).

Kembali ke perlu tidaknya gelar Haji (H) dan Hajjah (Hj). Kita kembalikan saja ke masing-masing orang.

Tapi menurut saya, apabila kita melakukan haji tidak lah perlu ada gelar H/Hj atau tambahan Haji Muhammad (HM) didepan nama kita. Coba kita analogikan sederhana saja, apakah seseorang yang melakukan sholat / rajin Sholat mesti di beri gelar Ahli Sholat (ASh), atau orang yang sudah membayar Zakat perlu kita beri gelar Ahli Zakat (AZ), atau orang yang telah berbuasa kitaberi gelar Ahli Puasa (AP).

Misalnya : Trinil adalah orang Islam (sudah terbukti dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat. Kemudian Trinil rajin sholat, rajin membayar Zakat, Rajin Puasa, dan sudah menunaikan ibadah Haji. Maka Trinil berhak mendapatkan gelar sehingga nama Trinil beserta gelarnya adalah sebagai berikut :

ASh. AZ. AP. H. Trinil

Dari permisalan diatas dapat kita simpulkan buat apa sebenarnya simbul-simbul berupa gelar tersebut? padahal itu semua adalah kewajiban bagi seorang Muslim (orang yang mengaku dirinya beragama ISLAM). Gelar mereka yang telah melakukan rukun islam yaitu orang Islam (Muslim), tidak perlu lagi embel-embel H/Hj/HM, ASh, AZ, AP. Karena Allah menilainya dari niat, ucapan dan tindakan kita. Kita tidak perlu penghargaan dari manusia tetapi yang kita perlu adalah penghargaan dari Allah.

Ingat akan pepatah : “Apabila kita ingin beramal menggunakan tangan kanan, jangan sampai tangan kiri mengetahuinya”

NB :

Saya Mohon Maaf apabila ada kata-kata yang tidak enak di hati, karena saya bukan lah makhluk yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Yang saya tulis hanya untuk mengingatkan diri saya sendiri dan mungkin anda yang membaca ini, meskipun hal ini bisa diperluas sudut pandangnya. Terima Kasih

11 respons untuk ‘Perlukah Title Haji dan Hajjah itu di cantum kan ??

  1. saya sangat setuju sekali dengan pendapat anda bahwa HAJI bukanlah sebuah title. haji adalah ibadah.. seharusnya hanya allah yang tau, dan juga bukan untuk di pamerkan. apalagi di tempel di depan nama..

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Trinil…

    Lama sekali tidak bersilaturahmi dan bertanya khabar.
    Semoga selalu sihat di sana.
    Hadir ingin menyapa dengan ucapan,

    Marhaban yaa Ramadhan..
    Pucuk selasih bertunas menjulang
    Dahannya patah tolong betulkan,
    Puasa Ramadhan kembali menjelang,

    Semoga amal ibadah kita diterima Allah dan amalan kita semakin bertambah baik dari sebelumnya.

    Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
    Selamat Menunaikan Ibadah puasa

    Salam Ramadhan dari Sarikei, Sarawak. 😀

  3. Alhamdulillah, saya senang sekali dengan pendapat mas Trinil di atas. saya juga berpendapat yang sama. Tidak perlu ada title haji atau hajjah pada nama mereka yang telah berhaji atau umrah dengan al-Umr. Kerana kerja haji adalah ibadah sama seperti rukun Islam yang lain.

    Gelar ini sudah menjadi perkara kepada masyarakat di Malaysia juga, Jika tidak dipanggil haji atau hajjah ada yang marah. Saya sendiri tidak menggunakan gelaran itu kerana memahami maksud tuntutan haji yang sepatutnya ditunaikan, Kita berhaji bukan mencari gelaran tetapi mencari redha Allah.

    Nanti saya akan cuba menulis tentang ini di blog saya juga. Sangat menarik sekali untuk diperjelaskan kepada masyarakat.

    Terima kasih atas kongsian ini.
    Salam hormat. 😀

  4. @Pram : Yup
    @Siti F. Ahmad : Terima Kasih Kawan, moga kawan selalu dalam lindungan Allah SWT. Ditunggu ulasan dari kawan, karena memang untuk masalah ini merupakan pemikiran subjektif saya. Txs

  5. terimakasih sebelumnya atas tulisannya, sehingga menambah pengetahuan dan informasi bagi kita yang membacanya, semoga bermanfaat untuk kita semua, jika minat silahkan singgah ke blog saya untuk saling silaturahmi. terimakasih

  6. sekalian aja gelar H atw Hj ditulis sesuai berapa kali orang itu pergi haji… misalnya kalau dua kali pergi haji
    ditulis H. H. Wahyu, tiga kali pergi haji di tulis H.H.H. Wahyu

Tinggalkan komentar